4. Jangan langsung menjawab pertanyaan
Meskipun salah tugas orang tua adalah memberi informasi serta pengetahuan yang benar kepada anak, namun sebaiknya orang tua tidak langsung menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Sebaliknya, berikan kesempatan padanya untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Misalnya, "Bun, kenapa sih, kita harus mandi dua kali sehari? " Ibu bisa memancing dengan "apa karena biar air kamar mandi cepat habis ya dek? Menurut adek gimana?" Biarkan anak memberi beberapa jawaban sesuai dengan apa yang ia ketahui.
Dengan demikian anak terlatih untuk tidak begitu saja menerima jawaban, yang akan diterima mereka sebagai satu jawaban yang baku. Sekaligus ini akan membuka pikiran mereka terhadap kemungkinan jawaban lain saat mereka salah menyimpulkan.
Misalnya, "Bun, kenapa sih, kita harus mandi dua kali sehari? " Ibu bisa memancing dengan "apa karena biar air kamar mandi cepat habis ya dek? Menurut adek gimana?" Biarkan anak memberi beberapa jawaban sesuai dengan apa yang ia ketahui.
Dengan demikian anak terlatih untuk tidak begitu saja menerima jawaban, yang akan diterima mereka sebagai satu jawaban yang baku. Sekaligus ini akan membuka pikiran mereka terhadap kemungkinan jawaban lain saat mereka salah menyimpulkan.
5. Dorong untuk melihat alternatif
Sebaiknya anak pun tahu bahwa untuk mengatasi suatu masalah , orang tua bukanlah satu-satunya tempat untuk bertanya. Masih banyak sumber-sumber lain di luar rumah yang dapat membantu untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
Untuk itu, cara yang dapat dilakukan orang tua adalah dengan memberitahu sumber lain yang tepat untuk dimintakan tolong, untuk mengatasi suatu masalah tertentu. Dengan demikian anak tidak akan hanya tergantung pada orang tua, yang bukan tidak mungkin kelak justru akan menyulitkan dirinya sendiri .
Misalnya, ketika si anak datang pada orang tua dan mengeluh bahwa sepedanya mengeluarkan bunyi bila dikendarai. Anda dapat memberi jawaban : "Coba,ya, nanti kita periksa ke bengkel sepeda."
Untuk itu, cara yang dapat dilakukan orang tua adalah dengan memberitahu sumber lain yang tepat untuk dimintakan tolong, untuk mengatasi suatu masalah tertentu. Dengan demikian anak tidak akan hanya tergantung pada orang tua, yang bukan tidak mungkin kelak justru akan menyulitkan dirinya sendiri .
Misalnya, ketika si anak datang pada orang tua dan mengeluh bahwa sepedanya mengeluarkan bunyi bila dikendarai. Anda dapat memberi jawaban : "Coba,ya, nanti kita periksa ke bengkel sepeda."
Tak jarang orang tua ingin menghindarkan anak dari rasa kecewa dengan mengatakan "mustahil" terhadap apa yang sedang diupayakan anak. Sebenarnya apabila anak sudah mau memperlihatkan keinginan untuk mandiri, dorong ia untuk terus melakukanya. Jangan sekali-kali anda membuatnya kehilangan motivasi atau harapannya mengenai sesuatu yang ingin dicapainya.
Misalnya jika anak minta ijin Anda, "Bu, Andi mau pulang sekolah ikut mobil antar jemput, bolehkan? " Tindakan untuk menjawab : "Wah, kalau Andi mau naik mobil antar jemput, kan Andi harus bangun pagi dan sampai di rumah lebih siang. Lebih baik tidak usah deh, ya" seperti itu tentunya akan membuat anak kehilangan motivasi untuk mandiri.
Sebaiknya ibu berkata "Andi mau naik mobil antar jemput? Wah, kedengarannya menyenangkan, ya. Coba Andi ceritakan pada ibu kenapa Andi mau naik mobil antar jemput." Dengan cara ini, paling tidak anak mengetahui bahwa orang tua sebenarnya mendukung untuk bersikap mandiri. Meskipun akhirnya, dengan alasan-alasan yang Anda ajukan, keinginannya tersebut belum dapat di penuhi.
Semoga bermanfaat.
Putri Ariani
A mother of 3 homeschoolers
Mobile 0852.8310.9280
WA / Tango : 0818 0807 6098
Gtalk : simple.putri@gmail.com
YM : putri.ariani@yahoo.com
follow @ipoet_ariani
http://bit.ly/peluangbagus
No comments:
Post a Comment